Senin, 25 Januari 2010

Etiologi, Paradigma dan Sejarah Psikologi Abnormal

Psikologi Abnormal
adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat dan perkembangan gangguan jiwa; mengapa orang berperilaku, berpikir dan merasa dalam cara yang tidak diharapkan; mencegah, mengurangi atau menyembuhkan (bila masih dimungkinkan untuk sembuh).

Etiologi
1. Etiologi Primer
Suatu kondisi atau situasi yang harus ada seandainya suatu gangguan terjadi. Contoh, Sifilis di otak dapat menyebabkan gangguan perilaku. Suatu penyebab primer biasanya merupakan hal yang mutlak, tetapi tidak selalu mencukupi untuk melahirkan perilaku abnormal, justru banyak sekali gangguan-gangguan perilaku yang lahir bukan karena penyebab utama.

2. Etiologi Predisposisi
Penyebab yang sifatnya kecenderungan, yaitu kondisi yang datang sebelum terjadinya gangguan pada suatu kondisi tertentu. Contoh, Penolakan orangtua dapat mengakibatkan anak menghadapi kesukaran dalam membangun relasi dengan orangtuanya di kemudian hari atau keterikatan pada ibu.

3. Etiologi Aktual
Suatu kondisi yang secara langsung memberikan efek pada terjadinya gangguan dan bertindak sebagai pemicu.

4. Etiologi Penguat
Suatu kondisi yang cenderung untuk memelihara perilaku maladaptif yang telah atau sering terjadi. Contoh, perilaku over protektif orangtua pada anaknya sehingga membuat anak menjadi takut, dilepaskannya tanggung jawab seseorang dari perbuatan salah dengan alasan sakit, atau memberikan perhatian yang berlebih.

Paradigma
adalah sekumpulan asumsi asumsi dasar yang bersama-sama memberi definisi atau menetapkan bagaimana caranya memberi konsep, studi mengumpulkandan mengintrospeksikan data, bahkan memikirkan tentang fakta maupun pokok persoalan khusus.

Beberapa aliran dalam paradigma:
1. Paradigma Biologis
Memandang bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh proses tubuh yang menyimpang atau kerusakan organik, sehingga lebih memusatkan pada faktor-faktor genetis dan biokimia.

Breen & Maher
Perilaku menyimpang adalah patologis dan diklasifikasikan berdasarkan simptom, klasifikasi disebut diagnosis, sedangkan proses yang dirancang untuk mengubah perilaku adalah terapi dan diterapkan pada pasien di Rumah Sakit Jiwa. Jika perilaku menyimpang berhenti, barulah pasien sembuh.

2. Paradigma Psikoanalisis
memusatkan pada represi dan proses tidak sadar dimana paradigma ini menyelidiki kehidupan awal serta proses tidak sadar pada pasien sebagai penyebab abnormalitas. Dengan kata lain gangguan jiwa merupakan akibat dari insting Id (nafsu jasmani) yang terlalu kuat mengatur atau menentukan tahap perkembangan konflik yang tidak disadari.

3. Paradigma Behavioris
Tingkah laku abnormal dilihat sebagai adaptasi yang tidak efektif (menyimpang) sebagai hasil belajar maladaptif atau salah dalam mempelajari sesuatu yang baik tetapi berhasil mempelajari hal-hal yang tidak benar.

4. Paradigma Kognitif
menitikberatkan pada bagaimana orang menyesuaikan perhatian, bagaimana menyusun pengalamannya, bagaimana pengertiannya terhadap hal yang ditangkap serta bagaimana mengubah stimuli lingkungan ke dalam informasi yang berguna, sehingga interpretasi irasional merupakan faktor utama dalam abnormalitas.

5. Paradigma Diathesis Stres
perilaku abnormal merupakan hasil interaksi antara suatu predisposisi ke arah penyakit tertentu (diatesis) dangan stres dari lingkungan (kehidupan).
Contoh, Saya akan ke jakarta besok, tetapi sudah terbayang situasi di Jakarta yang tidak menyenangkan sehingga muncul rasa mual, padahal belum pergi.

Sejarah
1. Masa Demonologi Awal
Berlaku pandangan bahwa makhluk jahat dapat menempati seseorang dan mengendalikannya sehingga seseorang mengalami sakit jiwa. Exorcism adalah pengusiran roh jahat dengan ritual seperti doa, suara gaduh, dipaksa minum cairan yang tidak enak, membuat menderita supaya roh jahatnya pergi.

2. Masa Somatogenesis
Menurut Hipocrates, penyakit jiwa disebabkan karena gangguan (kelainan) pada jasmani. Otak sebagai organ kesadaran berisi kehidupan intelek dan intuisi sehingga kalau perilaku (pikiran) seseorang menyimpang, berarti ada patologi di otak. Hipocrates mengklasifikasikan gangguan mental menjadi tiga golongan, yaitu mania, melancholia, phlegmatis.

Hipocrates juga menyatakan bahwa fungsi otak yang normal serta kesehatan mental bergantung pada keseimbangan empat cairan tubuh:
  • Darah, jika tidak seimbang akan menyebabkan tempramen mudah berubah.
  • Empedu Hitam, jika tidak seimbang akan menyebabkan melancholia.
  • Empedu Kuning, jika tidak seimbang akan menyebabkan cemas dan mudah tersinggung.
  • Phlegma atau lendir, jika tidak seimbang akan menyebabkan seseorang menjadi lamabt dan bodoh.
3. Masa Orang Sakit Jiwa Dianggap Sebagai Tukang Sihir
Pada abad ke 13 di Eropa sedang berjangkit wabah dan masyarakat mencari kambing hitam yaitu "tukang sihir" sebagai penyebabnya sehingga mereka dianiaya bahkan dibunuh.

4. Masa Perkembangan Asylum
Di Eropa sebelum abad ke 19, berjangkit wabah lepra. Penderita lepra ditempatkan di "leprosium", setelah wabah berhenti, tempat tersebut menjadi kosong lalu diubah menjadi "asylum", yaitu rumah penampungan penderita sakit jiwa.

Benjamin Rush (1745-1813)
Bapak psikiater Amerika ini menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan terlalu banyak darah, maka secara periodik darah penderita "di kop".

5. Masa Moral Treatment
ditandai oleh perlakuan yang lebih moralis atau humanistik terhadap penderita gangguan jiwa.

Philippe Pinel (1745-1826)
adalah tokoh dalam gerakan perlakuan yang manusiawi terhadap pasien penyakit jiwa di asylum saat revolusi Perancis. Pinel membuka rantai-rantai besi pasien di Rumah Sakit Jiwa La Bicerte (asylum besar di Paris).

William Tuke (1732-1822)
Mendirikan Rumah Sakit Jiwa York Retreat di Inggris. Ia memberikan suasana sepi, religius, memberikan pekerjaan di kebun, istirahat dan bercakap-cakap dengan perawat kepada pasien jiwa.

6. Masa Mulainya Pemikiran Baru
Somatogenesis
Wilhelm Griessinger
Seorang dokter Jerman yang menyatakan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh sebab fisik, sesuai pandangan Somatogenesi Hipocrates.

Emil Kraeplin
Pada tahun 1883, Ia membuat klasifikasi tentang sifat-sifat organik dari gangguan jiwa. Menurutnya, pada penyakit jiwa ada kecenderungan sekelompok simptom. Setiap penyakit jiwa berbeda satu sama lain dalam hal asal usul, simptom, perjalanan penyakit dan akibatnya.
Kraeplin membagi dua golongan besar penyakit jiwa:
  • Dementia Praecox atau schizophrenia karena ketidakseimbangan kimia
  • Psikosis Manik Depresif karena ketidakseimbangan metabolisme
Psikogenesis
Di Eropa Barat, terutama Perancis dan Austria pada akhir abad 18-19, gangguan jiwa dianggap karena kerusakan fungsi psikologis dan waktu itu di Eropa banyak gangguan histerical atau histeria (sekarang disebut gangguan konversi). Mereka menderita ketidakmampuan fisik seperti buta atau lumpuh tanpa sebab kerusakan anatomis.

Anton Mesmer
Seorang dokter Austria yang berpendapat bahwa gangguan histeria disebabkan distribusi cairan magnetisme binatang dalam tubuh.

Marti Charcot
Seorang neurolog Prancis menyatakan bahwa histeria disebabkan oleh psikologis.

Joseph Breur
Seorang dokter Vienna menghipnotis orang yang terkena histeria serta membiarkan pasien melakukan katarsis.

Sumber:
Davison, Gerald C., Neale,John M., Kring,Ann M., Psikologi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.

Kamis, 21 Januari 2010

Normal dan Abnormal

Normal (Maramis, 1999)
adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan.

Perilaku Normal (Kartini Kartono, 1989)
adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.

Perilaku Pribadi Abnormal (Kartini Kartono, 1989)
adalah sikap hidup yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

Abnormal
adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).

Perilaku Abnormal
adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.

Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:

1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.

Jadi, batas antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.

Kriteria Pribadi Normal (Gunarsa & Gunarsa, 1989 mengutip A.H. Maslow: Mittleman):
1. Perasaan aman yang adekuat.
2. Memiliki penilaian diri dan wawasan yang rasional
3. Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang adekuat
4. Mempunyai kontak realitas yang efisien
5. Memiliki dorongan dan nafsu jasmani yang sehat serta kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya
6. Mempunyai pengetahuan diri yang adekuat
7. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat
8. Mampu belajar dari pengalaman hidupnya
9. Sanggup untuk memuaskan tuntutan dan kebutuhan kelompok
10. Emansipasi yang pantas dan sehat dari kelompok maupun kebutuhan
11.Memiliki integrasi dan konsistensi kepribadian

Kriteria Pribadi Abnormal
dapat dilihat dari beberapa segi:
1. Kelangkaan Statistik (Statistical Infrequency)
tingkah laku abnormal diasumsikan dalam "populasi kurva normal" yang menempatkan mayoritas individu berada di tenganh dan sangat sedikit yang berada pada posisi ekstrim. Jadi dengan kata lain, seseorang dapat dianggap normal bila orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata perilaku.

2. Pelanggaran Norma
tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan mengancam atau membuat cemas orang yang mengamatinya.
Misal, Kekerasan psikopat, perilaku liar manik, perilaku aneh skizofrenia.

3. Penderitaan Pribadi (Discomfort atau Personal Distress)
Suatu perilaku dimana individu secara personal merasa berada dalam situasi penuh tekanan baik stres dari lingkungan maupun kondisi dari dalam dirinya.
Misal, depresi, cemas berat karena takut rasa sakit.

4. Disabilitas atau Disfungsi (Maladaptif Behaviour)
Ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup, baik hubungan kerja atau pribadi.
Misal, seseorang yang takut terbang melewatkan kesempatan bekerja di luar negeri.

5. Tidak Diharapkan (Unexpectedness)
Suatu respon dari perilaku yang tidak diharapkan terhadap stresor lingkungan karena sudah diluar proporsi.
Misal, kecemasan yang sangat dan terus menerus terhadap hartanya, walaupun seseorang tergolong kaya.

Kategori Tingkah Laku Abnormal (Maher & Maher, 1985)
1. Tingkah laku berbahaya terhadap diri dan orang lain
2. Kontak realitas yang buruk
3. Reaksi emosional yang tidak sesuai dengan situasi
4. Tingkah laku tidak menentu (aneh) atau beralih tanpa dapat diramalkan

Sumber:
Catatan dari dosen tercinta, Ibu Yulianita.